Pages

Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Puisi. Tampilkan semua postingan

Kamis, 22 Desember 2011

BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI (Sapardi Djoko Damono)

waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang

aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan

aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang

aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan
»»  Baca Selengkapnya...

ATAS KEMERDEKAAN (Sapardi Djoko Damono)

kita berkata : jadilah

dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut

di atasnya : langit dan badai tak henti-henti

di tepinya cakrawala

terjerat juga akhirnya

kita, kemudian adalah sibuk

mengusut rahasia angka-angka

sebelum Hari yang ketujuh tiba

sebelum kita ciptakan pula Firdaus

dari segenap mimpi kita

sementara seekor ular melilit pohon itu :

inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah

Horison

Thn III, No. 8

Agustus 1968

Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
»»  Baca Selengkapnya...

AKULAH SI TELAGA (Sapardi Djoko Damono)

akulah si telaga: berlayarlah di atasnya;

berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;

berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;

sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja

-- perahumu biar aku yang menjaganya

Perahu Kertas,

Kumpulan Sajak,

1982.
»»  Baca Selengkapnya...

Panji Di Hadapanku (AMIR HAMZAH)

Kau kibarkan panji di hadapanku.

Hijau jernih di ampu tongkat mutu-mutiara.

Di kananku berjalan, mengiring perlahan,

Ridlamu rata, dua sebaya,

Putih-putih, penuh melimpah, kasih persih.

Gelap-gelap kami berempat, menunggu-nunggu,

Mendengar-dengar, suara sayang, panggilan-panjang,

Jatuh terjatuh, melayang-layang,

Gelap-gelap kami berempat, meminta-minta,

Memohon-mohon, moga terbuka selimut kabut,

Pembungkus halus, nokta utama,

Jika nokta terbuka-raya, jika kabut tersingkap semua

Cahaya ridla mengilau kedalam

Nur rindu memancar keluar.
»»  Baca Selengkapnya...

Memuji Dikau (AMIR HAMZAH)

Kalau aku memuji Dikau,

Dengan mulut tertutup, mata tertutup,

Sujudlah segalaku, diam terbelam,

Di dalam kalam asmara raya.

Turun kekasihmu,

Mendapatkan daku duduk bersepi, sunyi sendiri.

Dikucupnya bibirku, dipautnya bahuku,

Digantunginya leherku, hasratkan suara sayang semata.

Selagi hati bernyanyi, sepanjang sujud semua segala,

Bertindih ia pada pahaku, meminum ia akan suaraku …

Dan, iapun melayang pulang,

Semata cahaya,

Lidah api dilingkung kaca,

Menuju restu, sempana sentosa.
»»  Baca Selengkapnya...

Doa (AMIR HAMZAH)

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?

Dengan senja samar sepoi,

Pada masa purnama meningkat naik,

Setelah menghalaukan panas terik.

Angin malam menghembus lemah,

Menyejuk badan, melambung rasa menanyang pikir,

Membawa angan ke bawah kursimu

Hatiku terang menerima katamu,

Bagai bintang memasang lilinnya.

Kalbuku terbuka menunggu kasihmu,

Bagai sedap-malam menyirak kelopak.

Aduh kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku

Dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu,

Biar berbinar gelakku rayu!
»»  Baca Selengkapnya...

Senin, 12 Desember 2011

MALAM NAN INDAH



Semilir  angin malam ini
Membelai lembut wajahku
Membuatku larut dalam angan
Melupakan kepenatan yang ada

Suara desir ombak di pantai
Menambah syahdu suasana
Meski sang ratu malam
Enggan menampakkan cahayanya

Hati yang gundah
Kini berbunga riang
Menyatu dengan indahnya malam
Mendekapku dalam angan nan indah
























»»  Baca Selengkapnya...

Kamis, 08 Desember 2011

Lombok Merah

Kau mekarkan merahmu di tengah belati kecil
Memastikan dirimu aman dalam ramping tubuhmu
Melototkan mata bersama teman-temanmu
Hingga akhirnya kau membiarkan dirimu terulek oleh jari-jari ganas
    Di atas ulekan, wajan, meja makan  kau selalu tersenyum
    Dan bahkan ketika mulut-mulut murka menghampirimu
    Kau terus saja tersenyum dengan merahmu.
Membiarkan dirimu dilumat lidah
Untuk mengenalkan bahwa kaulah simerah
Yang tak bisa lepas dari seribu rasa kerakusan manusia.

Kendari, 28 Mei 2010.
»»  Baca Selengkapnya...