Pages

Kamis, 22 Desember 2011

Pantun Muda-Mudi

Walaupun enak makan dengan bakwan
Lebih enak makan dengan tahu
Walaupun enak jalan dengan teman
Lebih enak jalan dengan kamu

Manis manis sekepal gula
Lebih manis sesendok madu
Manis manis senyum si janda
Lebih manis senyum bibirmu

Dari Natal pergi ke Tiku
Di Airbangis singgah dahulu
Kalau adik ragu hatiku
Boleh abang cari yang baru

Ayam boleh, ikan pun boleh
Yang penting ada nasinya
Hitam boleh, Putih pun boleh
Yang penting baik hatinya

Hari ini tidak punya henpon
Kampungan tampaknya
Kalau sehari tidak ditelepon
Kelimpungan rasanya

McDonald tak lagi oke
Lebih enak makan KFC
Abang tak menjemput sore-sore
Jangan datang-datang lagi ke sini

(galak amat non)

resah kucing di pintu dapur
karena ikan tak kunjung dilempar
resah hati tak bisa tidur
karena adik tak kunjung dilamar
»»  Baca Selengkapnya...

BERJALAN KE BARAT WAKTU PAGI HARI (Sapardi Djoko Damono)

waktu berjalan ke barat di waktu pagi hari matahari mengikutiku di belakang

aku berjalan mengikuti bayang-bayangku sendiri yang memanjang di depan

aku dan matahari tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang telah menciptakan bayang-bayang

aku dan bayang-bayang tidak bertengkar tentang siapa di antara kami yang harus berjalan di depan
»»  Baca Selengkapnya...

ATAS KEMERDEKAAN (Sapardi Djoko Damono)

kita berkata : jadilah

dan kemerdekaan pun jadilah bagai laut

di atasnya : langit dan badai tak henti-henti

di tepinya cakrawala

terjerat juga akhirnya

kita, kemudian adalah sibuk

mengusut rahasia angka-angka

sebelum Hari yang ketujuh tiba

sebelum kita ciptakan pula Firdaus

dari segenap mimpi kita

sementara seekor ular melilit pohon itu :

inilah kemerdekaan itu, nikmatkanlah

Horison

Thn III, No. 8

Agustus 1968

Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air
»»  Baca Selengkapnya...

AKULAH SI TELAGA (Sapardi Djoko Damono)

akulah si telaga: berlayarlah di atasnya;

berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;

berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;

sesampai di seberang sana, tinggalkan begitu saja

-- perahumu biar aku yang menjaganya

Perahu Kertas,

Kumpulan Sajak,

1982.
»»  Baca Selengkapnya...

Panji Di Hadapanku (AMIR HAMZAH)

Kau kibarkan panji di hadapanku.

Hijau jernih di ampu tongkat mutu-mutiara.

Di kananku berjalan, mengiring perlahan,

Ridlamu rata, dua sebaya,

Putih-putih, penuh melimpah, kasih persih.

Gelap-gelap kami berempat, menunggu-nunggu,

Mendengar-dengar, suara sayang, panggilan-panjang,

Jatuh terjatuh, melayang-layang,

Gelap-gelap kami berempat, meminta-minta,

Memohon-mohon, moga terbuka selimut kabut,

Pembungkus halus, nokta utama,

Jika nokta terbuka-raya, jika kabut tersingkap semua

Cahaya ridla mengilau kedalam

Nur rindu memancar keluar.
»»  Baca Selengkapnya...

Memuji Dikau (AMIR HAMZAH)

Kalau aku memuji Dikau,

Dengan mulut tertutup, mata tertutup,

Sujudlah segalaku, diam terbelam,

Di dalam kalam asmara raya.

Turun kekasihmu,

Mendapatkan daku duduk bersepi, sunyi sendiri.

Dikucupnya bibirku, dipautnya bahuku,

Digantunginya leherku, hasratkan suara sayang semata.

Selagi hati bernyanyi, sepanjang sujud semua segala,

Bertindih ia pada pahaku, meminum ia akan suaraku …

Dan, iapun melayang pulang,

Semata cahaya,

Lidah api dilingkung kaca,

Menuju restu, sempana sentosa.
»»  Baca Selengkapnya...

Doa (AMIR HAMZAH)

Dengan apakah kubandingkan pertemuan kita, kekasihku?

Dengan senja samar sepoi,

Pada masa purnama meningkat naik,

Setelah menghalaukan panas terik.

Angin malam menghembus lemah,

Menyejuk badan, melambung rasa menanyang pikir,

Membawa angan ke bawah kursimu

Hatiku terang menerima katamu,

Bagai bintang memasang lilinnya.

Kalbuku terbuka menunggu kasihmu,

Bagai sedap-malam menyirak kelopak.

Aduh kekasihku, isi hatiku dengan katamu, penuhi dadaku

Dengan cahayamu, biar bersinar mataku sendu,

Biar berbinar gelakku rayu!
»»  Baca Selengkapnya...

Senin, 12 Desember 2011

Tahukah Anda Apa Itu Bahasa?

Ketika kita masih bayi, kita akan menangis untuk menyatakan tentang sesuatu kepada orang yang paling dekat dengan kita. Tangisan itu lama-kelamaan menjadi bunyi yang bermakna dan akan bertambah lengkap dan rumit sampai kita meninggalkan dunia yang fana ini. Simpulan itu bukan tanpa dasar. Dasar yang sering kali kita dengar adalah bahwa bahasa itu merupakan sarana komunikasi antarmanusia. Jika ditelaah lebih dalam akan kita temukan bahwa tanpa ada manusia lain pun seseorang dapat berbahasa. Kita dapat berpikir dalam lamunan dan dalam mimpi sehingga dasar yang paling utama sebenarnya adalah bahasa merupakan bagian dari kehidupan manusia.
Bukan manusia saja, hewan pun juga memiliki bahasa. Dimana kepak sayap induk ayam saat burung elang terbang melayang di atas sambil mengintip untuk memangsa anak ayam, merupakan suatu simbol agar anak-anak ayam itu berlarian kembali lalu bersembunyi dibawah sayap induknya, juga merupakan bahasa, khususnya untuk ayam. Bukan hanya yang bernyawa, benda mati sekalipun memiliki bahasa. Orang-orang yang tinggal di daerah perkotaan, kita sering menggunakan komputer dan mengetahui bahwa ada juga bahasa komputer. Kedua hal tersebut tak dapat kita sangkal. Meskipun demikian, dengan sedikit berpikir lebih jauh, kita dapat mengatakan bahwa simbol yang diberikan oleh induk ayam tetap tidak berkembang dari waktu ke waktu dan hanya sampai dibatas itu. Jika kita bandingkan lagi dengan bahasa manusia, yang mirip dengan tangisan bayi, tetapi tangisan bayi lama- kelamaan berubah menjadi lengkap dan sempurna seiring dengan perkembangan jasmaninya, dari bayi ke anak-anak sampai dewasa. Disitulah kita dapat melihat perbedaan bahasa manusia dan bahasa hewan. Sementara itu, bahasa komputer pun tidak selengkap bahasa manusia. Karena ia memiliki keterbatasan, hanya bisa menghasilkan bahasa yang telah diprogramkan. Seperti halnya dengan hewan yang dilatih menggunakan bahasa manusia. Burung beo misalnya, yang selalu dilatih mengucapkan ‘ selamat pagi’ akan tetap mengucapkan kata yang sama tanpa melihat waktu dan tidak pernah mengucapkan kata lain selain kata yang dilatih.
Persoalan lain yang muncul dalam bahasa dan manusia selain adalah hal yang menyangkut fungsi bahasa. Seperti yang kita ketahui bahwa bahasa merupakan sarana atau alat untuk berkomunikasi antara satu manusia dan manusia lain.Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga mengetahui bahwa selain dengan bahasa, manusia juga menggunakan alat lain untuk berkomunikasi. Alat-alat itu dapat berupa bunyi gong, siulan dan kentongan yang biasanya digunakan sesuai dengan kebiasaan yang berlaku pada suatu etnik. Pada etnik tertentu, untuk mengabarkan kepada sanak saudara yang tinggal di desa lain bahwa salah satu keluarga telah meninggal, digunakan kayu yang salah satu ujungnya sedang dibakar. Kayu itu diayun ke kiri dan ke kanan pada malam hari, ditempat yang mudah terlihat dari desa yang dihuni oleh sanak saudara dari yang meninggal.
Meskipun ada sarana lain selain bahasa, kita melihat bahwa yang di sampaikan melalui sarana lain itu selalu memiliki keterbatasan sehingga kadang-kadang diiringi dengan bahasa agar mudah dipahami orang. Keterbatasan ini sama dengan keterbatasan pada hewan dan komputer. Oleh karena itu,sebagai sarana pun bahasa jauh lebih lengkap untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan daripada alat lainnya.




»»  Baca Selengkapnya...

MALAM NAN INDAH



Semilir  angin malam ini
Membelai lembut wajahku
Membuatku larut dalam angan
Melupakan kepenatan yang ada

Suara desir ombak di pantai
Menambah syahdu suasana
Meski sang ratu malam
Enggan menampakkan cahayanya

Hati yang gundah
Kini berbunga riang
Menyatu dengan indahnya malam
Mendekapku dalam angan nan indah
























»»  Baca Selengkapnya...

ANALISIS DRAMA “ WAKTU PEREMPUAN ”

Abstrak :    Adapun tujuan penulisan penelitian drama ”    Waktu Perempuan ” karya Royan Ikmal  ini adalah untuk mengetahui bagaimana rekontruksi pandangan dunia pengarang dalam karya sastra. Sastra merupakan hasil cipta atau karya manusia yang dapat dituangkan melalui ekspresi yang berupa tulisan. Karya sastra merupakan karya yang berisi pemikiran, ide-ide, dan amanat penutur dapat berkomunikasi dengan peminat sastra, apabila mampu mengapresiasinya. Untuk dapat mengapresiasi karya sastra dengan baik tentulah harus ada rasa cinta dan kasih sayang terhadap karya itu. Pada drama “Waktu Perempuan” yang ditulis oleh Royan Ikmal menceritakan tentang kekerasan pada kaum perempuan, kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan-penderitaan pada perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi yakni dalam drama ini seorang wanita yang dengan begitu mudah menyakiti dan merendahkan seorang wanita.Tanpa mau perduli perasaan perempuan  meskipun perempuan selalu berusaha melawan dan mempertahankan haknya, namun laki-laki tetap pada pendiriannya


Latar Belakang

Sastra merupakan ekspresi pengalaman dan pergolakan lahir dan batin pengarang atas realitas kehidupan yang dilihatnya melalui pikiran dan perasaan dan imajinasinya. Realitas sastra merupakan suatu dunia baru yang sebelumnya telah ada melalui proses kreatif pengarang dalam menerjemahkan kehidupan manusia dengan segala problematikanya. Oleh karena itu, sastra sebagai karya imajinatif tetap memiliki relevansi dengan realitas sosial budaya yang memberikan kesaksian zaman disertai solusi alternatif atas kemapanan yang terjadi. Karya sastra merupakan rekaman perjalan sejarah suatu bangsa. Karya-karya tersebut berupa cerpen, puisi, novel dan drama.

Drama merupakan salah satu bentuk karya sastra yang berbeda dengan bentuk lain  (prosa, fiksi ), drama bukan sekedar teks tetapi merupakan teks yang dipentaskan, dimainkan atau dilakonkan. Karena itu penikmat karya sastra ini melalui proses menyaksikan, menonton pementasan drama. Drama biasanya menyajikan masalah-masalah kehidupan manusia yang mungkin terjadi dan akan terjadi, meskipun persoalan-persoalan kehidupan manusia yang dipentaskan tersebut hanya bersifat imajinatif.

Pada drama “Waktu Perempuan” yang ditulis oleh Royan Ikmal menceritakan tentang kekerasan terhadap kaum perempuan. Dalam drama ini,  seorang laki-laki yang dengan begitu mudah menyakiti dan merendahkan seorang wanita. Laki-laki tidak mau sadar bahwa hakikat seorang perempuan itu sangat berarti . Mereka tega menelantarkan, menghianat dengan seenaknya dan mencampakannya. Meski demikian, perempuan sudah berusaha untuk mempertahankannya tetapi sia-sia karena laki-laki menganggap bahwa dialah yang paling berkuasa dan paling berhak atas semuanya. Mereka lupa akan kesamaan hak antara laki-laki dan perempuan. Ketika Adam diperkenalkan dengan pasangannya yaitu seorang perempuan yang diambil dari tulang rusuknya, dia dengan girang berkata bahwa perempuan itu adalah tulang dari tulangnya dan daging dari dagingnya. Ini adalah suatu pernyataan yang memiliki arti bahwa dia sebagai laki-laki telah menganggap dan mengakui posisi perempuan yang bernama Hawa itu adalah sama dengan dirinya dan tidak ada perbedaan. Dengan kata lain, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, yang membedakan hanyalah jenis kelamin, sedangkan posisi dan status mereka adalah sama.

Salah satu metode dalam usaha mengetahui makna-makna yang terkandung serta memahami isi drama “Waktu Perempuan “ karya Royan Ikmal adalah dengan menganalisis drama tersebut lebih dalam. Oleh karena itu, melalui analisis dengan pendekatan structural genetik. Pendekatan genetic adalah pendekatan yang yang di dalam penelitiannya lahir sebagai reaksi pendekatan strukturalisme murni yang anti histories dan kausal. Pendekatan ini juga dinamakan  sebagai pendekatan objektif

Pembahasan

Pada drama “Waktu Perempuan” yang ditulis oleh Royan Ikmal menceritakan tentang kekerasan pada kaum perempuan, kekerasan terhadap perempuan adalah setiap tindakan yang berakibat kesengsaraan atau penderitaan-penderitaan pada perempuan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang baik yang terjadi di depan umum atau dalam lingkungan kehidupan pribadi. Menurut  Pdt. Dekker, kekerasan  merupakan perilaku yang secara verbal, fisik, psikis dan emosional merendahkan dan merusak diri, termasuk lingkungan sekitarnya. Karena kekerasan itu merupakan suatu kekuatan perusak yang amat dahsyat karena melampaui batas ruang dan waktu. Bahkan, kekerasan mampu mengacaukan dan meluluhkan tata relasi sesungguhnya. Jadi, kekerasan itu selalu memecah belah. Menurut Dekker, penyebab kekerasan adalah rasisme, yaitu faham yang mengajarkan bahwa ras tertentu adalah ras terunggul sehingga merasa memiliki kuasa absolut untuk menindas, mengisap, dan menguasai orang lain.
Kekerasan pada perempuan juga terjadi karena adanya ketimpangan atau ketidakadilan jender.  Ketimpangan jender adalah perbedaan peran dan hak perempuan dan laki-laki di masyarakat yang menempatkan perempuan dalam status lebih rendah dari laki-laki.  “Hak istimewa” yang dimiliki laki-laki ini seolah-olah menjadikan perempuan sebagai “barang” milik laki-laki yang berhak untuk diperlakukan semena-mena, termasuk dengan cara kekerasan.   Perempuan berhak memperoleh perlindungan hak asasi manusia seperti hak atas kehidupan, hak atas persamaan, hak atas kemerdekaan dan keamanan pribadi, hak atas perlindungan yang sama di muka umum  serta hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan fisik maupun mental yang sebaik-baiknya. Kekerasan perempuan dapat terjadi dalam bentuk. Tindak kekerasan fisik adalah tindakan yang bertujuan melukai, menyiksa atau menganiaya orang lain.  Tindakan tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan anggota tubuh pelaku (tangan, kaki) atau dengan alat-alat lainnya.  Tindak kekerasan non-fisik adalah tindakan yang bertujuan merendahkan citra atau kepercayaan diri seorang perempuan, baik melalui kata-kata maupun melalui perbuatan yang tidak disukai/dikehendaki korbannya. Dan yang terakhir adalah  tindak kekerasan psikologis/jiwa adalah tindakan yang bertujuan mengganggu atau menekan emosi korban.  Secara kejiwaan, korban menjadi tidak berani mengungkapkan pendapat, menjadi penurut, menjadi selalu bergantung pada suami atau orang lain dalam segala hal (termasuk keuangan).  Akibatnya korban menjadi sasaran dan selalu dalam keadaan tertekan atau bahkan takut. 

Tokoh-tokoh dalam Drama ” Waktu Perempuan ”
Adapun tokoh-tokoh yang terdapat dalam  drama ”Waktu Perempuan” yaitu : Perempuan 1. Perempuan 2, Perempuan Tua, Pemuda 1, Pemuda 2 dan Manusia Terbalik.

Fakta-fakta individual  drama  ”Waktu Perempuan”:

1.    Perempuan 1
Perempuan 1 dalam drama ”Waktu Perempuan” menunjukkan bahwa , ia selalu merasakan kepedihan  dan penderitaan dari seorang laki-laki. Selain itu, Perempuan 1 juga makhluk yang memiliki peran penting dalam kehidupan karena dimana perempuanlah yang mengandung dan melahirkan sehingga tercipta manusia, termasuk laki-laki. Perempuan 1 ini berusaha menyadarkan laki-laki bahwa arti penting perempuan dan berusaha menghilangkan sifat-sifat laki-laki yang hanya bisa merendahkan kaum perempuan.

2. Perempuan 2    
Perempuan 2 dalam drama ” Waktu Perempuan” mengisahkan bahwa perempuan 2 saama nasibnya dengan perempuan 1 yang selalu merasakan penderitaan yang berkepanjanga dari perbuatan seorang laki-laki. Perempuan 2 ini selalu berharap semua yang ia rasakan akan segera berakhir dan segera terobati jika suatu saat makluk yang dinamakan laki-laki sadai akan hal bahwa betapa pentingnya seorang perempuan dalam kehidupan ini.


3. Perempuan Tua
Perempuan Tua  dalam cerita drama ”Waktu Perempuan” menunjukan seorang perempuan yang sudah tdak tahan lagi dengan kelakuan anaknya  yang selama ini selalu bergantung padanya. Perempuan tua ini merasa lelah dengan anaknya yang sudah tak sepantasnya lagi dijadikan tempat bergantung. Ia selalu dijadikan selayaknya babu oleh anaknya sendiri, sebagai pemuas hidup anak laki-lakinya tersebut, yang sudah sepantasnya hidup mandiri. Hal ini dapat dilihat pada kutipan drama :
”Aku sudah hampir kering, kenapa kamu tidak mengalir dengan wajar?kamu bisa makan debu tanganmu dan minum keringatmu.”

4. Pemuda 1
Pemuda 1 dalam drama ini menunjukan adanya sikap yang egois, pemuda ini menanggap remeh segala sesuatu. Ia juga tidak pernah merasa iba melihat perempuan. Perempuan-perempuan yang telah ia sakiti. Ia menganggap perbuatannya itu aaaadalah hal yang biasa, hal yang tidak perlu dipikirkan. Seperti pada kutipan naskah drama tersebut :
”Ha..ha..ha.. membuat perut bertambah buncit adalah hal yang sangat menyenangkan, menghasilkan segala cara juga adalah hal yang menyenangkan.”

Pemuda ini juga berpendapat yang berperan dalam kehidupan adalah laki-laki bukan perempuan, karena yang menciptakan adalah laki-laki sehingga lahirnya seorang anak, termasuk juga perempuan.

5. Pemuda 2
Pemuda 2 ini menunjukan sikap bahwa yang paling berperan dalam kehidupan ini adalah laki-laki yang yang mencari nafkah untuk perempuan, mencari uang untuk anak dan istrinya, banting tulang menghidupi keluarga. Ia juga berpikir bahwa di dunia ini tidak ada yang perlu disesali. Hidup hanya untuk bersenang-senang.


6. Manusia Terbalik
Manusia terbalik dalam drama ini sebagai penggoda manusia. Manusia terbalaik ini selalu menggoda para pemuda untuk melakukan hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan, yaitu menyakiti hati orang lain khususnya dalam hal ini perempuan. Manusia ini juga menggambarkan sosok seprti iblis yang selalu menuntun manusia, laki-laki selalu berpikir negatif dan bersikap semaunya terhadap sesama manusia.

Subjek Kolektif dalam Drama ”Waktu Perempuan”

Dari berbagai karakter tokoh dalam drama ” Waktu Perempuan” dapat dilihat subjek kolektif atau trans individual drama tersebut. Hal ini dapat dilihat antara perempuan1, perempuan 2 dan perempuan tua. Ketiganya perempuan yang sama-sama berusaha menghilangkan daya pikir laki-laki yang selalu merendahkan kaum perempuan. Mereka ingin laki-laki menghargai perempuan sebagai layaknya. Selain itu, trans individual juga dapat dilihat antara tokoh pemuda 1, pemuda 2, dimana kedua tokoh ini memilki sifat dan karakter yang sama serta daya pikir sama bahwa mereka (laki-laki)yang berkuasa dan berperan penting dalam kehidupan. Mereka lupa bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, yang membedakan hanyalah jenis kelamin, sedangkan posisi dan status mereka adalah sama  ini.

Strukturasi Drama ”Waktu Perempuan ”
Dalam drama ini ” Waktu Perempuan” tokoh-tokoh mengalami banyak pertentangan yakni perempuan dan laki-laki dimana mereka bertentangan mengenai siapa yang memiliki peran penting dalam kehidupan. Setelah membaca naskah tersebut dan melihat kejadian-kejadian dimasyarakat, keduanya memang sering kita jumpai atau terjadi, dimana kaum perempuan selalu menjadi korban. Perempuan memang selalu menjadi target utama tindak kejahatan. Hal ini menunjukan adanya strukturasi secara homologi antara drama ”Waktu Perempuan” dengan kejadiaan-kejadian dilingkungan sosial masyarakat. Mengapa perempuan menarik  untuk dijadikan korban? Hal ini tentu tidak lepas dari kodrat fisik perempuan yang memang lebih lembut dan tidak  sekuat laki-laki. Secara psikologis pun perempuan lebih mudah dipengaruhi, ditekan dan diancam. Intinya, resiko  melakukan kejahatan terhadap perempuan jauh lebih kecil daripada harus berhadapan dengan korban laki-laki. Perempuan selalu jadi tindak pelecehan, seperti perkosaan membawa dampak emosional dan fisik kepada korbannya.
  Secara emosional, korban perkosaan bisa mengalami stress, depresi, goncangan jiwa, menyalahkan diri sendiri, rasa takut dan kehamilan yang tidak diinginkan.   Secara fisik, korban mengalami penurunan nafsu makan, sulit tidur, sakit kepala, luka di tubuh akibat perkosaan dengan kekerasan, dan lainnya. Selain itu perempuan juga korban kekerasan yang terjadi dalam lingkungan rumah tangga.  Pada umumnya, pelaku kekerasan dalam rumah tangga adalah suami, dan korbannya adalah istri. Kekerasan dalam rumah tangga bisa terjadi dalam bentuk kekerasan fisik, kekerasan psikologis/emosional, kekerasan seksual, dan kekerasan ekonomi. Secara fisik, kekerasan dalam rumah tangga seperti menampar, memukul, menjambak rambut, menendang, menyundut dengan rokok, melukai dengan senjata, dsb. Secara psikologis, kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga termasuk penghinaan, komentar-komentar yang merendahkan, melarang istri mengunjungi saudara maupun teman-temannya, mengancam akan dikembalikan ke rumah orang tuanya, dll. Secara seksual, kekerasan dapat terjadi dalam bentuk pemaksaan dan penuntutan hubungan seksual. Dan yang teraknir adalah secara ekonomi, kekerasan terjadi berupa tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja atau membiarkan istri bekerja untuk dieksploitasi. Korban kekerasan dalam rumah tangga biasanya enggan/tidak melaporkan kejadian karena menganggap hal tersebut biasa terjadi dalam rumah tangga. Kaum perempuan tidak tahu apa yang meski mereka lakukan dan kemana harus melapor. Padahal sekarang ini keseriusan pemerintah untuk terus memberikan perlindungan dan pemenuhan hak-hak bagi kaum perempuan melalui ketersediaan regulasi yang pro perempuan, tidak berhenti hanya pada disahkannya UU No 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT), UU No 12 tahun 2006 tentang Kewarganegaraan dan UU Nomor 2/2008 tentang Partai Politik yang menjamin quota 30 persen untuk perempuan.


Pandangan Dunia dalam Drama ”Waktu Perempuan”

Didalam pandangan dunia masyarakat, memang pada dasarnya laki-laki masih memandang rendah seorang perempuan dan memandang perempuan sebagai makhluk yang paling lemah. Hal ini disebabkan  karena adanya persamaan derajat di masyarakat terhadap hak dan kewajiban serta masalah yang timbul akibat hak dan kewajiban yang tidak setara.

Bisa kita lihat di sekitar kita bahwa masih banyak yang belum mendapat hak dan kewajiban yang sebenarnya sudah di atur pada UUD. Perkembangan permasalahan sosial dalam masyarakat begitu kompleks sehingga diperlukan penanganan secara sungguh-sungguh, cepat, tepat dan berkelanjutan. Artinya untuk menyelesaikan permasalahan sosial dalam masyarakat tersebut diperlukan adanya motivator, stabilisator dan pendamping sosial yang hidup serta berkembang dalam masyarakat itu sendiri. Para motivator, stabilisator dan pendamping sosial tersebut perlu dibekali pengetahuan dan pemahaman lebih terhadap permasalahan sosial yang ada dalam lingkungannya, untuk selanjutnya berkiprah sesuai dengan kultur dan tradisi lingkungannya itu sehingga mereka tidak terkesan eksklusif. Manusia merasa puas ketika memperoleh pembenaran atas peminggiran jenis kelamin tertentu. Namun, pada saat yang hampir bersamaan muncul kecemasan dan kekecewaan dalam hidup. Manusia belajar bahwa begitu banyak perbuatan jahat yang ada di dunia, tidak ada gunanya menambah daftar kejahatan yang mereka lakukan sendiri atas dasar dengki dari prasangka terhadap satu sama lainnya. Karena itu buatlah hidup bernilai untuk setiap individu. “… makes life valuable to the individual human being.” (John Stuart Mill,1988, h. 108-109) yang sarat muatan filosofis tentang pandangannya mengenai keberadaan manusia jika dikaitkan dengan manusia lain. Pandangannya ini menyiratkan suatu kegalauan bahwa tidak semestinya terjadi diskriminasi antara satu jenis kelamin dengan jenis kelamin tertentu. Argumen supremasi atas perempuan boleh dikata berlaku di berbagai belahan dunia ini, yaitu keyakinan bahwa kaum laki-laki lebih superior dari kaum perempuan. Kondisi itu lambat laun menjadi alasan klasik atas penindasan hak-hak perempuan. Berbagai upaya ditempuh untuk keluar dari masalah itu, baik oleh kalangan feminis maupun pemerhati masalah-masalah perempuan lainnya. Upaya yang dilakukan bukanlah untuk menyamai laki-laki dalam anti biologis, psikologis, dan sosiologis melainkan untuk memungkinkan perempuan bertindak atas pilihan bebas dan sadar sebagaimana dimilikikaum laki-laki. Bahwa perempuan tersebut kemudian memilih peran tradisionalnya atau malah peranbaru bukanlah menjadi persoalan. Yang penting ialah bahwa perempuan mempunyai kekerasan untukmenentukan pilihan dan putusannya sendiri.Pengalaman saat melahirkan, memberikan kehidupan bagi makhluk-makhluk kecil yang amat merekasayangi, dan ketakutan akan kekerasan menurut Arivia (1996, h. 3) barangkali merupakan pengalaman yangbetul-betul dirasakan perempuan secara universal.
Pengalaman ini berlangsung dalam sejarah perkembangan budaya dan pemikiran manusia. Diskriminasi dalam bentuk kekerasan dan eksploitasi terhadap perempuan bukanlah hal yang baru. Berabad-abad lamanya perempuan telah terbiasa diperlakukan kasar, tidak berguna, dan inferior oleh keluarganya, masyarakat, sekelilingnya, kekasih maupun suaminya. Celakanya, para ilmuwan atau filsuf sekalipun banyak berteori membenarkan alasan mereka mengapa perempuan harus ditindas. Aristoteles misalnya yang mengatakan bahwa perempuan itu setengah manusia, dikategorikan sebagai anak-anak, belum dewasa sehingga tidak mungkin menjadi pemimpin. Demikian halnya Sigmund Freud yang mengatakan bahwa perempuan secara psikologis tidak matang, karena mempunyai kecemburuan, dan masih banyak lagi ilmuwan yang berusaha lewat teori-teori baru sebisa mereka menyepelekan perempuan. Jadi secara historis memang perempuan telah diperlakukan sebagai masyarakat kelas dua.
Gagasan John Stuart Mill (selanjutnya disingkat Mill) sebagai filsuf sekaligus feminis laki-laki tentang keberadaan perempuan khususnya mengenai persamaan hak bagi perempuan dan laki-laki merupakan sesuatu yang menarik untuk diteliti. Pada gagasan tersebut kita akan melihat bahwa dasar pemikiran feminisme liberal yang dianut Mill adalah semua manusia, laki-laki dan perempuan, diciptakan seimbang dan serasi sehingga mestinya tidak terjadi penindasan antara satu dengan lainnya. Penulisan tentang filsuf terkenal seperti John Stuart Mill sebagai laki-laki pertama yang menuangkan karya besarnya tentang teori-teori feminis yang secara umum diperhitungkan sebagai teori besar dalam tradisi politik Barat terasa masih kurang. Umumnya hanya melihat dari aspek kepentingan sosial dan politik bagi kaum laki-laki, padahal Mill dan karyanya memainkan peran penting dalam memajukan persamaan hak perempuan di Inggris pada abad ke-19. The Subjection of Women, sebagai bentuk penuangan gagasan Mill dianggap sebagai salah satu karya terbesarnya. Dalam karyanya ini terwakili argumen-argumen Mill yang ada pada karya sebelumya seperti On Liberty, Utilitarianism, Considerations on Representative Government, dan teori-teori sosial-politik lainnya. Menuliskan gagasan tentang persamaan hak bagi perempuan dan laki-laki tergolong berat, karena tidak semudah menuangkan gagasan tentang politik. Mill mengungkapkan bahwa bagaimana perempuan direndahkan dan didiskriminasikan telah lama mengganggu pikirannya tetapi baru sekarang ia mempunyai perasaan kuat. Kalau di Indonesia mungkin pada gaji karyawan yang wanitanya lebih sedikit di banding para pria. Padahal tak sedikit wanita yang berusaha sebanding dengan pria.

Penutup

Kesimpulan

Drama “Waktu Perempuan” yang ditulis oleh Royan Ikmal menceritakan tentang kekerasan terhadap kaum perempuan. Dalam drama ini,  seorang laki-laki yang dengan begitu mudah menyakiti dan merendahkan seorang wanita. Laki-laki tidak mau sadar bahwa hakikat seorang perempuan itu sangat berarti . Mereka tega menelantarkan, menghianat dengan seenaknya dan mencampakannya. Meski demikian, perempuan sudah berusaha untuk mempertahankannya tetapi sia-sia karena laki-laki menganggap bahwa dialah yang paling berkuasa dan paling berhak atas semuanya. Secara psikologis pun perempuan lebih mudah dipengaruhi, ditekan dan diancam. Intinya, resiko  melakukan kejahatan terhadap perempuan jauh lebih kecil daripada harus berhadapan dengan korban laki-laki. Perempuan selalu jadi tindak pelecehan, seperti perkosaan membawa dampak emosional dan fisik kepada korbannya. Laki-laki lupa mereka lupa bahwa tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, yang membedakan hanyalah jenis kelamin, sedangkan posisi dan status mereka adalah sama  ini.


Saran   

Di dalam penyusunan  tulisan ini tentunya masih banyak ditemukan kekurangan atau pun kesalahan di dalamnya. Sebagai hamba Allah yang tidak luput dari kesalahan kekurangan, penulis menyadari apa yang penulis sajikan  masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi isinya maupun teknik penulisannya Untuk itu saran kami untuk diadakan penelitian dan berbagai penjelasan yang lebih menyempurnakan  kekurangan-kekurangan tersebut dengan tujuan  membangun tulisan ini selanjutnya

»»  Baca Selengkapnya...

“ Aku Ingin Seperti Mereka ”

Langit pagi terlihat cerah, embun masih terasa di pucuk daun. Warna kekuningan tampak begitu sempurna dengan semburat cahaya yang mulai muncul di balik gedung-gedung.
Aku duduk di salah satu sudut ruangan gedung C sambil menunggu dosen. Tiba-tiba handphonku melantun dari balik tasku.
“Halo, Kak! Alhamdulillah aku lulus!” Katanya diujung telepon.
“O ya, Alhamdulillah, Dik! Jadi kamu mau lanjut dimana?” Tanyaku.
“Aku juga tidak tahu, mungkin tidak diizinkan untuk lanjut”. Jawabnya sedih.
“Ah, kamu lanjut saja, Dik.” Kataku menyemangatkan.
Setelah menutup teleponnya, aku terdiam. Aku kasihan mendengar kata adikku. Dia pasti sedih, sama seperti saat aku ingin melanjutkan sekolah di perguruan tinggi dua tahun yang lalu.
Waktu itu, kami sekeluarga berkumpul sambil nonton TV. Tiba-tiba aku membuka pembicaraan yang serentak membuat mereka kaget.
“Ma, aku mau ke Kendari nah,,!”
“Mau bikin apa…?” Jawabnya serentak.
“Aku mau mendaftar, aku ingin kuliah juga, Ma!” Kataku. Seketika ruangan hening. Tak satu kata pun yang keluar dari mulut mereka. Tetapi dari tatapan mereka aku dapat menangkap jawaban yang dapat mereka ucapkan.
“Kenapa, Ma?” tanyaku lagi.
“Bukan tidak mau, Nak. Tapi kita mau ambil uang dari mana, Nak? Kamu tau sendiri keadaan keluarga kita sekarang. Pekerjaan bapakmu tidak seperti dulu lagi. Sementara adik-adikmu, ada yang mau masuk SMP dan masih ada yang di bangku TK dan SD. Mereka itu butuh uang setiap hari. Dan kamu juga tahu biaya kuliah itu sekarang mahal, bukan uang sedikit, Nak…!” Kata mamaku.
“Tapi kan ada Kakakku, mungkin dia bisa bantu untuk biaya kuliah nanti…! Tambahku lagi.
“Nak, tidak boleh kita berharap sama dia. Karena dia juga punya anak, punya keluarga. Kita jangan merepotkan dia. Apalagi kakakmu itu masih guru kontrak!” Jelasnya lagi.
“Jadi… aku tidak kuliah, Ma…? Aku tinggal di rumah?”
“Mau apa lagi, sabar saja, Nak!” Jawabnya singkat.
Tanpa ku sadari bulir bening menjalar di pelupuk mataku. Dadaku sesak dan nafasku terasa berat. Aku seperti dihimpit ribuan ton batu karang. Hanya air mata yang terus menetes yang tak mampu ku tahan lagi.
Hari demi hari ku isi dengan isak tangis. Rasanya hatiku remuk. Air mataku mengalir deras. Semua mimpi dan cita-citaku benar-benar kandas. Mataku yang masih basah seketika melirik handphone yang ada di samping kepalaku. Benda kecil itu sejak tadi bergetar. Perlahan tanganku meraihnya. Kemudian ku dekatkan di telingaku ku dengar suara kakakku di seberang telepon.
“Halo, kenapa kau sedih terus. Datang saja ke Kendari!” Katanya.
“Untuk apa aku ke sana?” Jawabku seadanya.
“Jalan-jalan saja dulu…” Jawabnya.
Sejenak aku terdiam. Aku terpikir mungkin kalau aku ke Kendari aku akan lebih plong dan bisa menghapus impianku yang telah kandas.
Keesokan harinya, aku berangkat ke Kendari. Atas izin yang diberi kedua orang tuaku. Di perjalanan, hatiku diliputi pertanyaan, apakah aku bisa menghilangkan semua keinginanku itu dan apakah yang nanti akan aku lakukan apabila aku tidak kuliah. Tinggal di rumah pasti membosankan. Apalagi teman-temanku semua kuliah. Air mata menetes. Hatiku benar-benar diremas, ribuan pertanyaan. Tetapi tidak ada yang bisa aku lakukan selain pasrah karena aku tidak mungkin memaksa mereka untuk memenuhi keinginanku. “Ya, Allah. Jika ini memang sudah menjadi keputusan-Mu, berilah aku ketabahan dan tunjukkan hikmah atas kuasa-Mu ini untuk hamba-Mu yang lemah ini.” Bisikku dalam hati.
Dua hari aku di Kendari, aku sudah merasa bosan. Tetapi ternyata hal itu diperhatikan kakakku. Ia pun akhirnya memberitahukan bahwa sebenarnya tujuan ia memanggil aku ke Kendari memang untuk mengkuliahkan aku. Ia menyuruh aku ke kampus untuk mengambil formulir pendaftaran. Akhirnya aku pun ikut seleksi USNMPTN dan lulus sebagai mahasiswa Unhalu. Hari itu juga aku baru mengabari keluargaku di kampung karena aku mendaftar tanpa sepengetahuan orang tuaku.
“Eh, sudah mau masuk. Pak dosen sudah datang! Kata salah satu temanku mengagetkan aku.
Seketika bayangan 2 tahun lalu itu hilang. .Aku kaget. Ternyata hari ini aku ujian akhir semester. Mata kuliah semantik.


»»  Baca Selengkapnya...

Cinta ke Lain Hati

Di sebuah rumah mungil yang halamannya cukup luas, penuh aneka bunga. Dua buah kursi rotan terlihat di teras rumah mungil itu. Rumah mungil yang berpagarkan bunga mawar. Harum bunga mawar yang dihembuskan angin terasa sampai ke relung hati, mendamaikan siapa saja yang menghirupnya. Halaman dengan rumput yang tertata rapi itu kemudian menjadi saksi saat dua pasang mata itu beradu pandang. Sebuah tatapan yang menyimpan kerinduan abadi.
“Sungguh indah rumahmu, tapi aku yakin rumah ini akan lebih indah jika aku boleh berada di sini. Aku juga yakin bunga mawar itu tidak akan berbunga jika bukan aku yang ijinkan menyiraminya setiap pagi…”
Rendy menatap Anita, wanita dengan jilbab putih disampingnya. Kedua insan itu kembali dipertemukan oleh sebuah rasa. Rasa cinta yang pernah pindah ke lain hati. Anita tertunduk, terbayang pertemuan terakhirnya dengan Rendy malam itu di sebuah café.
“Karena Amel lebih membutuhkan keberadaanku. Kamu jauh lebih sempurna dalam segala hal dibanding dia. Sungguh Nit, aku juga tidak bisa membohongi hatiku. Aku begitu takut mengungkapkan semua perasaanku kepadamu. Sejak dulu aku takut. Aku takut karena kamulah satu-satunya wanita sempurna yang pernah ku temui. Jika saja aku bisa mengulang waktu, mungkin aku akan memilih untuk tidak mengenal Amel. Tapi dia lebih membutuhkan aku. Kamu wanita sempurna yang mampu menjaga dirimu sendiri. Kamu mampu menilai mana yang benar dan mana yang salah”, Kata Rendy.
“Bisa diperjelas?” Pinta Anita.
“Amel itu berasal dari pernikahan antar etnis dan antar agama. Dia mengikuti agama papinya yang muslim. Dia membutuhkan aku untuk membimbingnya, walaupun sebenarnya aku sendiri masih sangat jauh dari mengerti apa itu agama. Hati kecilku mengatakan, Amel lebih membutuhkan diriku agar kami bisa belajar bersama. Sementara kamu? Kamu jauh lebih memahami agama dibanding dia. Kamu punya latar belakang agama yang kuat. Aku yakin Allah akan memberikan jodoh yang sepadan denganmu, yang jauh lebih sempurna dibanding diriku.” Tambah Rendy.
Nita terisak sambil menyeka air matanya dengan kedua ujung jari telunjuknya. Rendy menyodorkan tissue. Anita tidak menyambut tissue itu. Entah mendapat kekuatan dari mana, tangan Rendy bergerak pelan mendekata wajah gadis di depannya. Kemudian menyeka air mata gadis itu. Anita tak menepis tangan itu. Tetapi keduanya tak berkata.
Kejadian itu membuat hati Anita remuk redam. Air matanya mengalir deras. Semua mimpinya tentang Rendy benar-benar kandas. Anita memutuskan untuk menenangkan diri di rumahnya. Tetapi sosok Rendy tak juga pergi dari kepalanya. Senyum Rendy terus saja hadir. “Ya Allah, berilah hamba-Mu sedikit pelajaran, bisik hati ini. Mungkin inilah yang dinamakan ujian. Barangkali ujian terberat manusia adalah saat dia merasa kehilangan. Dan kehilangan terberat dalam hidup barangkali adalah ketika seseorang harus kehilangan orang yang dicintainya”.
“Nita…” sapa Rendy membuat Anita kaget. Keduanya kembali beradu pandang, senyum pun lepas. Senyum bahagia terpendam lama di hati keduanya.
“Aku tahu kenapa Allah baru menyatukan kita sekarang.” Kata Rendy setelah duduk di lantai marmer teras rumahnya Emi anak Rendy buah perkawinannya dengan Amel bermain boneka. Sesaat kemudian Rendy mengeluarkan amplop coklat, dengan teliti Anita membacanya. Tetapi belum lagi usai, Anita sudah memeluk Rendy erat. Dia menangis di bahu suaminya.
“Tak usah menangis, Sayang.” Aku akan tetap mencintaimu hingga tanah menjadi batas. Kita sudah punya Emi. Lihat, dia begitu bahagia bersama kita. Dia ada ke dunia ini karena engkau juga ada di sini. Aku mencintainya, juga karena aku begitu mencintaimu.” Rendy berkata lembut lalu memeluk istrinya.
“Aku menangis karena menyesal sempau protes kepada Allah. Dulu aku tak henti bertanya kenapa kamu harus menikah dengan Amel, bukan denganku. Ternyata inilah jawabannya. Pertanyaan yang terpendam bertahun-tahun, kini terjawab sudah. Maha Adil Allah dengan segala takdir-Nya. Aku terlalu terbutu mencela keputusan-Nya. Amel dikirim untukmu lebih dahulu karena ternyata dia wanita yang tidak bisa mempunyai anak. Ya Allah Dzat Yang Maha Agung, ampunilah dosa-dosaku yang tidak mau mengerti takdir-Mu yang begitu indah ini…”
Anita terus menyeka air matanya.

»»  Baca Selengkapnya...

Kamis, 08 Desember 2011

Lombok Merah

Kau mekarkan merahmu di tengah belati kecil
Memastikan dirimu aman dalam ramping tubuhmu
Melototkan mata bersama teman-temanmu
Hingga akhirnya kau membiarkan dirimu terulek oleh jari-jari ganas
    Di atas ulekan, wajan, meja makan  kau selalu tersenyum
    Dan bahkan ketika mulut-mulut murka menghampirimu
    Kau terus saja tersenyum dengan merahmu.
Membiarkan dirimu dilumat lidah
Untuk mengenalkan bahwa kaulah simerah
Yang tak bisa lepas dari seribu rasa kerakusan manusia.

Kendari, 28 Mei 2010.
»»  Baca Selengkapnya...